Sejarah dan Filosofi Siger Sunda, Mahkota Cantik dalam Pernikahan Adat Jawa Barat

Saifuddin Romli |

Sejarah dan Filosofi Siger Sunda, Mahkota Cantik dalam Pernikahan Adat Jawa Barat

Dalam setiap pernikahan adat Sunda, perhatian kerap tertuju pada hiasan kepala pengantin wanita yang berkilau dan megah Siger Sunda. Mahkota tradisional ini bukan sekadar pelengkap busana, tetapi simbol kebijaksanaan, kesucian, dan keanggunan seorang perempuan Sunda ketika memasuki gerbang pernikahan.

Filosofi di Balik Keindahan Siger Sunda

Siger Sunda memiliki bentuk segitiga khas yang menjadi ciri utamanya. Bentuk tersebut melambangkan keesaan Tuhan, mengingatkan setiap insan bahwa segala sesuatu di dunia ini bermuara pada Sang Pencipta.

Baca Juga : 5 Lagu – Lagu Sunda Populer, Khas Dari Jawa Barat

Ornamen-ornamen yang menghiasi siger juga sarat makna.

  • Kembang tanjung, yang umumnya terletak di bagian belakang siger, melambangkan kesetiaan seorang istri terhadap suaminya.
  • Kembang goyang, yang terdiri dari tujuh tangkai lima menghadap depan dan dua ke belakang melambangkan rezeki, kebaikan, serta harapan agar kehidupan rumah tangga berjalan seimbang dan penuh berkah.

Selain itu, ronce bunga melati yang menjuntai di sisi kepala menjadi simbol kesucian dan kemurnian hati pengantin wanita dalam menjalani kehidupan barunya.

Jejak Sejarah Siger Sunda

Pada masa lalu, siger bukanlah perhiasan yang bisa dikenakan sembarang orang. Ia adalah lambang kebesaran kaum bangsawan dikenakan oleh ratu dan perempuan keturunan kerajaan Sunda sebagai penanda kehormatan dan kedudukan tinggi.

Bentuk siger sendiri terinspirasi dari tokoh-tokoh wanita legendaris seperti Srikandi dan Subardha, dua sosok yang dikenal gagah berani namun tetap anggun. Dari sanalah lahir filosofi bahwa perempuan Sunda memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang berjalan beriringan.

Baca Juga : Pengertian, Sejarah dan Jenis Aksara Sunda

Kini, siger Sunda telah menjadi bagian dari tradisi pernikahan masyarakat luas. Ia tetap memancarkan aura kebangsawanan meski tampil dalam sentuhan modern yang lebih sederhana dan ringan.

Struktur dan Komponen Siger Sunda

Menurut kamus Basa Sunda karya R.A. Danadibrata, siger Sunda dibuat dari logam campuran dengan berat sekitar 1–2 kilogram. Pada bagian belakang terdapat enam pasang kembang tanjung, sementara tujuh kembang goyang menghiasi bagian atas sanggul.

Di dahi, terpasang ngeningan daun sirih sebagai simbol tolak bala agar prosesi pernikahan berjalan lancar. Kombinasi logam, bunga, dan daun sirih ini menjadikan siger bukan hanya indah secara visual, tetapi juga sarat nilai spiritual.

Siger Sunda di Era Modern

Seiring perkembangan zaman, desain siger mengalami berbagai inovasi. Para perajin kini menghadirkan versi yang lebih ringan dan modern, tanpa menghilangkan esensi filosofinya. Siger tetap menjadi simbol yang menegaskan identitas budaya Sunda, sekaligus mempercantik tampilan pengantin wanita.

Dipadukan dengan kebaya Sunda, sanggul berhias melati, serta kain batik bermotif tradisional, penampilan pengantin menjadi lengkap dan memancarkan keanggunan klasik yang tak lekang oleh waktu.

Baca Juga : 12 Nama Alat Musik Sunda Tradisional Beserta Cara Memainkannya

Lebih dari Sekadar Aksesori

Siger Sunda bukan hanya mahkota, tetapi representasi dari perjalanan panjang budaya Sunda tentang bagaimana kecantikan dan kebijaksanaan dapat berjalan beriringan. Ia adalah warisan yang terus hidup dalam setiap senyum pengantin wanita yang mengenakannya.

Bagi masyarakat Sunda, mengenakan siger berarti menautkan diri pada akar budaya yang luhur, sembari menapaki babak baru kehidupan dengan penuh doa dan harapan.