Mengenal Kampung Budaya Sindangbarang, Kental dengan Tradisi & Adat Sunda

Saifuddin Romli |

Mengenal Kampung Budaya Sindangbarang, Kental dengan Tradisi & Adat Sunda

Kampung Budaya Sindang Barang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, dan menjadi salah satu contoh kampung adat yang masih tersisa di Bogor. Jejak sejarah Kampung Sindang Barang sudah dapat ditelusuri hingga abad ke-12 dan terabadikan dalam Babad Pajajaran serta tercatat dalam pantun-pantun Bogor. Keberadaan budaya Sunda yang masih kental tercermin dalam kehidupan sehari-hari warganya, terutama tercermin dalam penyelenggaraan acara Serentaun yang diadakan secara rutin di Kampung Sindang Barang.

Tahun 2011, Prasetyo mengungkapkan bahwa Kampung Budaya Sindang Barang tergabung dalam kelompok 20 kampung adat di wilayah Jawa Barat. Kampung ini berfungsi sebagai komunitas yang teguh dalam usahanya melestarikan unsur-unsur budaya lokal yang berasal dari era kerajaan Pajajaran. Di sini terdapat 78 lokasi situs sejarah Pakuan Sindang Barang, pelaksanaan upacara adat tradisional seperti Serentaun, Neteupken, Pabeasan, dan berbagai upacara adat lainnya, serta beragam seni tradisional khas Sunda.

Baca Juga : Kapan Wayang Disahkan oleh UNESCO Menjadi Situs Warisan Dunia? Ini Penjelasannya

Salah satu ciri khas dan ritual tradisi Sunda yang membedakan Kampung Budaya Sindang Barang adalah Serentaun. Ritual Serentaun merupakan wujud ungkapan rasa syukur warga atas hasil panen yang mereka peroleh. Sejak zaman Kerajaan Pajajaran pada abad ke-16, Serentaun telah dijalankan dan terus berlangsung hingga saat ini. Meskipun pada tahun 1971, setelah wafatnya ketua adat terakhir Etong Sumawijaya dan tanpa adanya regenerasi, pelaksanaan Serentaun tidak dilakukan secara besar-besaran dan terpusat seperti sebelumnya. Namun, acara ini tetap diadakan oleh masyarakat yang masih menghargainya.

Pada tahun 2006, Serentaun kembali dihidupkan secara terpusat setelah adanya pengakuan ulang terhadap jabatan ketua adat. Inisiatif ini muncul dari beberapa kelompok adat yang berkeinginan untuk melestarikan budaya Sunda di Sindang Barang, dan mereka bergabung dalam Padepokan Giri Sunda Pura Sindang Barang. Pelaksanaan Serentaun pada saat itu mendapat respon positif dari masyarakat, meskipun terdapat penolakan terutama dari kalangan Islam yang tidak sepenuhnya mendukung tradisi ini.

Kesuksesan pelaksanaan Serentaun serta perhatian terhadap pelestarian budaya Sunda menarik perhatian pemerintah. Menggandeng dukungan penuh dari pemerintah provinsi dan kabupaten, serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat di daerah Sindang Barang, akhirnya tercipta sebuah zona kebudayaan yang terkenal dengan sebutan Kampung Budaya Sindang Barang. Tempat ini bukan hanya sekadar mempertahankan tradisi dan warisan budaya, tetapi juga menjadi contoh nyata kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga keberagaman budaya di Indonesia.

Tentang Kampung Budaya Sindangbarang

Kampung Budaya Sindangbarang berlokasi di Kampung Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tempat ini terletak hanya 5 km dari pusat kota Bogor atau sekitar 60 km dari Jakarta. Terletak pada ketinggian 350 – 500 meter di atas permukaan laut, kampung ini terdiri dari 14 RW dan 54 RT, dengan populasi penduduk mencapai 12.000 jiwa.

Mayoritas penduduk di sini mencari nafkah sebagai pengrajin sendal sepatu dan petani. Lebih dari 90% penduduk beragama Islam dan menerapkan sistem kekeluargaan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Curah hujan di Sindangbarang tergolong sedang, dengan suhu berkisar antara 23 derajat Celsius pada malam hari hingga 30 derajat Celsius pada siang hari.

Baca Juga : Kopi Daong Bogor – Lokasi, Menu dan Harga

Kampung Budaya Sindangbarang memiliki warisan budaya yang kaya dengan 8 jenis seni tradisional Sunda yang telah dihidupkan kembali dan dilestarikan oleh masyarakatnya. Tempat ini juga memiliki situs-situs purbakala berupa bukit-bukit berundak yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Pajajaran.

Di Sindangbarang, upacara adat tahunan “Seren Taun” diadakan sekali setiap tahun. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen dan hasil bumi yang mereka peroleh dalam tahun tersebut, sambil berharap bahwa hasil panen tahun depan akan lebih baik.

Untuk menjaga dan mempertahankan kesenian tradisional, Kampung Budaya Sindangbarang menyelenggarakan pelatihan tari dan gamelan secara gratis bagi generasi muda. Para pemuda yang telah mahir dalam bidang seni ini kemudian dilibatkan dalam pertunjukan untuk menyambut para tamu, yang pada akhirnya juga berkontribusi pada penghasilan mereka sendiri.

Selain itu, untuk melestarikan situs-situs purbakala, kerjasama dilakukan dengan FIB UI yang dipimpin oleh Prof. Agus Arismunandar pada tahun 2006 untuk mendata dan memetakan 33 situs purbakala di Sindangbarang.

Kampung Budaya Sindangbarang menawarkan pengalaman wisata budaya dan alam yang pendapatannya digunakan untuk melestarikan budaya, kesenian, serta untuk perawatan bangunan adat yang ada di kampung ini. Dengan mengunjungi tempat ini, Anda tidak hanya dapat menikmati keindahan alamnya, tetapi juga dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian warisan budaya dan seni tradisional yang berharga.