Bogor – Pemerintah Kota Bogor berencana melakukan revitalisasi pada Jembatan Satu Duit yang menghubungkan Jalan Warung Jambu dan Ahmad Yani. Keputusan ini diambil karena jembatan tersebut, yang sudah berusia puluhan tahun, berada dalam kondisi yang sudah kurang memadai.
Di balik rencana revitalisasi tersebut, Jembatan Satu Duit memiliki fakta dan sejarah yang menarik. Menurut berbagai sumber, jembatan ini telah ada sejak pembangunan Istana Bogor oleh Baron van Imhoff. Sang Gubernur Jenderal sering melewati Jembatan Situ Duit saat perjalanan dari Batavia menuju rumah peristirahatannya di Villa Buitenzorg.
Pada awalnya, pembangunan Jembatan Satu Duit menggunakan bahan bambu, tetapi seiring perkembangan kawasan, jembatan ini kemudian digantikan oleh struktur yang lebih kokoh. Selama proses konstruksi, para pekerja hanya dibayar dengan satu real atau satu duit. Sejak saat itu, jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Satu Duit.
Baca Juga : Kantor Pemkot Bogor yang Baru akan Dilengkapi Mall, Hotel, Rumah Sakit dan GOR
Konstruksi jembatan yang lebih kokoh memungkinkannya menopang beban berat, terutama kereta kuda yang membawa penumpang dan barang. Bagi masyarakat Belanda, jembatan ini terkenal sebagai Jembatan Kedung Badak atau dikenal juga sebagai jembatan kembar karena terdiri dari dua struktur yang melintasi Sungai Ciliwung di bawahnya.
Tidak sampai tahun 1910-1920, jembatan lama dirobohkan dan digantikan oleh jembatan baru dengan struktur besi yang lebih kuat dan tahan lama. Pada periode ini, kendaraan bermesin mulai mengalihkan dominasi di jalan-jalan Batavia dan Buitenzorg. Meskipun begitu, karena usia jembatan yang semakin tua, penting bagi pemerintah daerah untuk segera memberikan perhatian khusus. Terutama karena aliran sungai di bawahnya semakin deras dan berpotensi membahayakan, membuatnya rentan terhadap beban berlebih.
Sumber : Radar Bogor