Sejarah & Latar Belakang Cap Go Meh di Bogor

Saifuddin Romli |

Sejarah & Latar Belakang Cap Go Meh di Bogor-min

Dalam ranah Budaya Nusantara, terjadinya proses akulturasi budaya adalah sesuatu yang tak terelakkan. Akulturasi yang damai dan harmonis antar budaya Nusantara selalu menghasilkan kearifan lokal yang unik dan memiliki nilai yang tinggi. Sebuah contoh akulturasi budaya antara Tionghoa dan masyarakat Nusantara dapat ditemukan dalam festival seni budaya yang dikenal dengan sebutan Cap Go Meh atau Pesta Rakyat Bogor.

Sejarah Cap Go Meh

Cap Go Meh, juga dikenal dengan nama Yuan Xiaojie, Yuanxi, Yuanye, atau Shang Yuanjie dalam bahasa Tionghoa, adalah puncak dari perayaan Tahun Baru Tionghoa (Imlek). Tradisi perayaan Imlek biasanya disertai dengan syukuran terhadap berkah yang diterima dalam tahun sebelumnya. Cap Go berasal dari dialek Hokkian yang bermakna “lima belas,” sementara Meh bermakna “malam.” Perayaan ini berlangsung pada tanggal 15 dari bulan pertama dalam Tahun Baru Imlek.

Baca Juga : Ribuan Warga Padati Bogor Street Festival Cap Go Meh Bogor 2023

Cap Go Meh merupakan perayaan tahun baru Tionghoa yang dilaksanakan pada tanggal 15 bulan pertama dalam Tahun Baru Imlek. Acaranya sangat merakyat karena dilaksanakan di ruang publik dan dilakukan untuk mengungkapkan syukur terhadap berkah yang diterima. Sesuai dengan keyakinan, Dewa Hok Tek atau Hok Tek Tjeng Sin adalah dewa pembawa berkah, sehingga biasanya dalam perayaan Cap Go Meh, patung Dewa Hok Tek dibawa berkeliling kota dengan tandu untuk menebar berkah ke masyarakat.

Menurut tradisi Tionghoa, setelah acara Cap Go Meh selesai, maka perayaan Tahun Baru Imlek pada tahun itu juga akan berakhir. Tradisi Cap Go Meh memiliki kesamaan dengan tradisi Satu Suro di Jawa Tengah yang lebih dikenal dengan Grebeg Suro, dimana berbagai jenis pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat di Solo dibawa berkeliling Keraton untuk membagikan berkah kepada masyarakat.

Latar Belakang & Tradisi Ratusan Tahun

Lokasi Vihara Dewa Hok Tek di Bogor berada di Jalan Suryakencana No. 1 (sebelumnya Jl. Perniagaan) yang dekat dengan pusat perdagangan dan ekonomi masyarakat Bogor. Vihara ini, yang sekarang bernama Vihara Dhanagun (Ho Tek Bio), berada di bangunan yang merupakan cagar budaya Nasional di Kota Bogor dan menjadi aset Dinas Purbakala Kota Bogor.

Di kutip dari capgomehbogor.com, bangunan vihara ini didirikan oleh masyarakat Tionghoa Bogor pada abad ke-18, lebih dari 300 tahun yang lalu. Vihara ini lebih tua daripada bangunan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor yang berdekatan. Pada zaman kolonial, vihara ini berada di tanah milik Negara seluas 5.000 m2, tetapi sekarang terdesak oleh pembangunan kota seperti pelebaran jalan, perluasan pasar dan lahan parkir, serta pembangunan Departement Store, yang meruntuhkan sebagian ciri khas Vihara berbentuk pagoda. Saat ini, Vihara Dhanagun (Ho Tek Bio) menempati bangunan tersebut, yang merupakan cagar budaya Nasional dan aset Dinas Purbakala Kota Bogor.

Yayasan Dhanagun telah mengambil inisiatif untuk merenovasi bangunan tersebut sebagai cagar budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Bogor. Sejarah menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan Tionghoa telah menyebar ke seluruh Nusantara, dari Aceh hingga Papua, dan harus dipertahankan sebagai warisan budaya yang masih ada saat ini.

Bagi pengamat budaya, dapat dilihat bahwa Vihara Hok Tek Bio atau Vihara Dhanagun memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dengan menarik berbagai jenis perdagangan untuk tumbuh dan berkembang di sekitarnya, seperti pasar tradisional, pasar modern (dept-store), pasar tumpah / pasar malam, toko besar dan kecil.

Semoga artikel tentang Sejarah & Latar Belakang Cap Go Meh di Bogor ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi baru untuk zoners semua.

Sumber : www.capgomehbogor.com